Jakarta (ANTARA) – Nama Bjorka sudah lama jadi misteri di dunia maya Indonesia. Sejak 2020, sosok ini muncul dengan sederet aksi peretasan yang membuat publik geger. Data jutaan pengguna bocor, institusi besar jadi korban, hingga pemerintah pun dibuat waspada.
Kini, penangkapan seorang pria muda berinisial WFT di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara pada, Selasa (23/9), kembali memunculkan pertanyaan lama, yakni siapa sebenarnya Bjorka? Untuk itu simak ulasan berikut ini untuk mengenali lagi sederet kasusnya, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Siapa itu Bjorka?
Bjorka dikenal sebagai peretas anonim yang namanya melambung karena sederet aksi kebocoran data besar di Indonesia. Salah satu aksinya yang paling ramai dibicarakan adalah klaim berhasil membobol data pribadi lebih dari enam juta wajib pajak, termasuk milik Presiden Joko Widodo dan Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Kriminal kemarin, ibu buang bayi hingga penangkapan hacker “Bjorka”
Aksi yang menghebohkan publik
Dirinya aktif di berbagai forum internet, Bjorka kerap mempublikasikan data yang diklaim-nya berasal dari sistem pemerintahan maupun perusahaan besar. Perhatian publik pertama kali tertuju padanya ketika merilis data pribadi sejumlah pejabat tinggi. Setelah itu, aksinya semakin nekat dengan membocorkan informasi sensitif, mulai dari data vaksinasi hingga identitas pribadi warga.
Kebocoran NPWP jadi sorotan
Salah satu peretasan yang paling menyita perhatian adalah kebocoran data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Kasus ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan informasi di Indonesia karena melibatkan lebih dari 6 jutaan data warga yang bisa berdampak pada privasi dan keselamatan masyarakat.
Jejak keberadaan-nya sejak 2020
Bjorka bukanlah pendatang baru di dunia siber. Jejaknya sudah terlihat sejak 2020, ketika pertama kali menjual data pelanggan Tokopedia di forum Breached.to. Data yang dilelang saat itu mencakup user ID, password hash, e-mail, hingga nomor telepon. Sejak saat itu, ia terus aktif mengunggah maupun memperjualbelikan data secara ilegal.
Baca juga: Polda Metro tangkap hacker “Bjorka” terkait kasus peretasan data nasabah bank
Kasus terbaru dan penangkapan WFT yang diduga pemilik akun Bjorka
Baru-baru ini, akun X dengan nama Bjorka mengaku kelompok ransomware berhasil menguasai 890 ribu akses data nasabah dan 4,9 juta database BCA meskipun klaim tersebut telah dibantah pihak bank.
Di tengah hebohnya isu itu, polisi berhasil menangkap seorang pemuda berinisial WFT. Namun, hingga kini aparat belum bisa memastikan apakah WFT benar-benar sosok Bjorka yang selama ini diburu.
Mengingat WFT juga pernah beberapa kali mengganti identitas akun yang digunakannya, mulai dari Bjorka, kemudian SkyWave, ShinyHunter, hingga terakhir Opposite6890 pada Agustus 2025. Langkah itu dilakukan untuk menghindari kejaran aparat.
Bagaimana cara Bjorka beroperasi?
Jika ditelusuri dari pola aksinya, Bjorka kerap melakukan serangan dengan cara mengambil alih data dari lembaga besar yang memiliki kelemahan pada sistem keamanannya.
Celah-celah kecil sering dimanfaatkan untuk mencuri data dalam jumlah besar. Teknik yang biasa digunakan antara lain mengeksploitasi kerentanan aplikasi, mencuri kualifikasi, hingga memanfaatkan bug pada sistem server.
Keberhasilan Bjorka dalam menjalankan serangan-serangannya tidak lepas dari lemahnya perlindungan data di sejumlah institusi di Indonesia. Meski kebocoran data sudah berulang kali terjadi, langkah nyata untuk memperkuat keamanan siber tampaknya belum dilakukan secara serius baik oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Baca juga: Bank Mandiri ungkap hadapi 1 juta serangan siber per hari
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
