Berita

Profil Atika Algadri, sosok ibu eks Mendikbudristek Nadiem Makarim

×

Profil Atika Algadri, sosok ibu eks Mendikbudristek Nadiem Makarim

Sebarkan artikel ini



Jakarta (ANTARA) – Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim baru saja menjalani sidang perdana praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait kasus dugaan korupsi dalam pengadaan Chromebook di Kemendikbudristek tahun 2019-2022 pada Jumat (3/10).

Salah satu sosok yang ikut disorot ketika itu ialah orangtua Nadiem Makarim yang ikut menghadiri sidang praperadilan tersebut. Ialah Atika Algadri, ibu dari Nadiem Makarim, yang duduk paling depan ketika menyaksikan jalannya persidangan bersama anggota keluarga lainnya.

Sosok Atika Algadri tampil mengenakan blouse pendek berwarna hitam, serta anting dan kalung yang membuatnya tampak bersahaja.

Atika Algadri atau kerap disapa dengan Atika Makarim bukan sosok yang begitu asing bagi publik.

Atika merupakan anak dari Hamid Algadri, salah satu pejuang perintis kemerdekaan Indonesia keturunan Arab. Ia berjasa dalam sejumlah perundingan, di antaranya perundingan Linggarjati, perundingan Renville, hingga Konferensi Meja Bundar (KMB).

Ia kemudian menikah dengan Nono Anwar Makarim pada 1970 dan dikarunia tiga orang anak, yakni Rayya Makarim, Hana Makarim, dan Nadiem Makarim.

Perempuan berusia 80 tahun itu pun memandang penting pendidikan, di mana ia berhasil meraih gelar Master of Education dari Harvard University, Amerika Serikat (AS).

Atika juga dikenal sebagai pegiat antikorupsi dan pluralisme. Ia merupakan pendiri perkumpulan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) dan aktif sebagai Dewan Pengurus perkumpulan tersebut.

Oleh karena itu, ia mengaku tak menyangka anak bungsunya ikut terseret kasus rasuah yang ditaksir mencapai Rp1,98 triliun sebab sejak kecil ia menanamkan pendidikan nilai-nilai kebersihan, integritas, dan keadilan.

Perempuan yang lahir pada 21 Maret 1945 di Pasuruan, Jawa Timur, itu dikenal pula sebagai salah satu pendiri majalah perempuan terkemuka di Indonesia, Femina.

Ia mendirikan Femina bersama Mirta Kartohadiprodjo dan Widarti Gunawan, yang kemudian menjadi perintis redaksi majalah itu. Majalah yang pertama kali terbit tahun 1972 itu menyoroti isu-isu perempuan, termasuk hak-hak perempuan dan kesetaraan gender.

Adapun ketika pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada 2020, ia diketahui ikut menjadi inisiator dari Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia.

Baca juga: Belasan tokoh ajukan amicus curiae pada sidang praperadilan Nadiem

Baca juga: Keluarga Nadiem hadiri sidang perdana praperadilan di PN Jaksel

Baca juga: Kejagung siap hadapi sidang praperadilan Nadiem Makarim

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

formasi agar modal tahan lama di mahjong wins situs gacormahjong ways berikan pecahan besar tak terhinggapemuda jakut dapat tas lv berkat mahjong winsroni anak jakut bawa cash ratusan juta maxwin mahjong wayssituasi sudah kondusif scatter mahjong wins peluang indahslot gacor